Sistem ekonomi Indonesia dalam II periode dibawah pimpinan SBY
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY), kebijakan yang dilakukan adalah mengurangi subsidi Negara
Indonesia atau menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan kebijakan bantuan
langsung tunai kepada rakyat miskin. Akan tetapi bantuan tersebut di
berhentikan sampai pada tangan rakyat atau masyarakat yang membutuhkan. Kebijakan
menyalurkan bantuan dana BOS kepada sarana pendidikan yang ada di Negara
Indonesia. Pada pemerintahan SBY dalam perekonomian Indonesia terdapat masalah
dalam kasus bank century yang sampai saat ini belum terselesaikan bahkan sampai
mengeluarkan biaya 93 miliar untuk menyelesaikan kasus bank century ini.
Kondisi perekonomian pada masa
pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang sangat baik. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring pemulihan ekonomi dunia pasca
krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009. Bank Indonesia (BI)
memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5 - 6 persen pada
2010 dan meningkat menjadi 6 - 6,5 persen pada 2011. Dengan demikian, prospek
ekonomi Indonesia akan lebih baik dari perkiraan semula.
Sementara
itu, pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan sektor
eksternal perekonomian Indonesia. Kinerja ekspor nonmigas Indonesia yang pada
triwulan IV - 2009 mencatat pertumbuhan cukup tinggi yakni mencapai sekitar 17
persen dan masih berlanjut pada Januari 2010. Salah satu penyebab utama
kesuksesan perekonomian Indonesia adalah efektifnya kebijakan pemerintah yang
berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi dan pengurangan utang negara.
Masalah-masalah besar lain pun masih tetap ada. Pertama, pertumbuhan makro
ekonomi yang pesat belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat secara
menyeluruh. Walaupun Jakarta identik dengan vitalitas ekonominya yang tinggi
dan kota-kota besar lain di Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat,
masih banyak warga Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Kabinet Indonesia Bersatu merupakan
kabinet pemerintahan Indonesia yang dibagi menjadi Kabinet Indonesia Bersatu
jilid I dan II. Kabinet Indonesia Bersatu jilid I yaitu merupakan bentuk
pemerintahan yang ke enam yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla pada masa (2004 – 2009) dan presiden
yang pertama kalinya dipilih melalui sistem pemilihan umum langsung di
Indonesia, sedangkan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II dipimpin oleh Presiden
Susilo Bambang Yudoyono dan wakil presiden Dr. Boediono yang merupakan bentuk
pemerintahan yang ke tujuh pada masa (2009-2014). Kabinet Indonesia Bersatu
jilid I ini dibentuk pada tanggal 21 Oktober 2004 dan berakhir pada tahun 2009
menggantikan kabinet gotong royong yang dipimpin Megawati dan Hamzah Haz pada 5
Desember 2005.
Dengan
sistem kebijakan pemerintah SBY saat ini, rakyat Indonesia dipaksa menanggung
beban utang para bankir yang sudah kaya lewat beragam penyunatan subsidi
seperti pendidikan (BHP) dan kesehatan. Moral bangsa kita sudah tidak ada lagi,
baik rakyat yang berada di posisi atas menegah ataupun yang bawah. Sekarang
jaman Indonesia Bersatu jilid II kita tidak bisa langsung mengetahui bagaimana
kinerja pemerintah yang sekarang karena mereka baru menjabat 2 tahun. Masih ada
2 tahun lagi untuk memperbaiki kedepannya. Tapi melihat kondisi perekonomian
Indonesia yang sekarang ini sulit rasanya menstabilkan ekonomi seperti pada
zaman pemerintahan pembangunan pada masa Presiden Soeharto dulu. Banyak sekali
masalah penting di zaman pemerintah jilid I dan II yang hilang begitu saja
tanpa tau akhir inti dan akar kemana permasalahan itu berawal. Pemerintaan
Indonesia jilid I maupun jilid II bagaimanapun kebijakan menteri dan lain
sebagainya. Kita sebagai masyarakat hanya mengharapkan pemerintah dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara yang akan berpengaruh pula pada
meningkatnya kesejahteraan masyarakat Indonesia yang saat ini masih tidak ada
perkembangannya.
B.
Rumusan Masalah
a. Bagamana keadaan sistem pemerintahan
Indonesia Bersatu Jilid I pada era SBY-JK periode 2004 - 2009 ?
b. Bagaimana keadaan sistem
pemerintahan Indonesia Bersatu Jilid II pada era SBY-Boediono ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pemerintahan Indonesia Bersatu Jilid
I Pada Era SBY-JK
Pada masa
pemerintahan Indonesia bersatu jilid I ini disebut juga Pemerintaha Gotong-Royong.
Langkah Presiden SBY untuk merangkul Parpol-parpol yang kalah dalam Pemilu 2009
adalah bagian dari kebijakan Soft Power, atau kebijakan untuk bergotong-royong
dalam membangun bangsa dan negara. Ini serupa dengan Kabinet Gotong-Royong di
masa lalu. Keadaan sistem ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan gotong
royong memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Rendahnya pertumbuhan ekonomi yang dikarenakan masih kurang berkembangnya investasi terutama disebabkan oleh masih tidak stabilnya kondisi sosial politik dalam negeri.
- Dalam hal ekspor, sejak 2000, nilai ekspor non-migas Indonesia terus merosot dari 62,1 miliar dollar AS menjadi 56,3 miliar dollar As tahun 2001, dan tahun 2002 menjadi 42,56 miliar dollar AS.
Kabinet Indonesia Bersatu
merupakan kabinet pemerintahan Indonesia yang dibagi menjadi Kabinet Indonesia
bersatu jilid I dan II .kabinet Indonesia bersatu jilid I yaitu merupakan
bentuk pemerintahan yang ke enam yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla pada masa (2004 – 2009) dan
presiden yang pertama kalinya dipilih melalui sistem pemilihan umum langsung di
Indonesia sedangkan kabinet Indonesia bersatu jilid II dipimpin oleh Presiden
Susilo Bambang Yudoyono dan wakil Presidennya Dr. Boediono yang merupakan
bentuk pemerintahan yang ke tujuh pada masa (2009-2014).
Masa Kepemimpinan Susilo Bambang
Yudhoyono terdapat kebijakan kontroversial yaitu mengurangi subsidi BBM, atau
dengan kata lain menaikkan harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh
naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor
pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Kebijakan kontroversial pertama
itu menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai
(BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang
berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial. Kebijakan yang
ditempuh untuk meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan
pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta
mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi. Salah
satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan November
2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah.
Menurut Keynes, investasi
merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari
kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan bagi
investor, terutama investor asing, yang salah satunya adalah revisi
undang-undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di
Indonesia, diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.
Selain itu, pada periode ini
pemerintah melaksanakan beberapa program baru yang dimaksudkan untuk membantu
ekonomi masyarakat kecil diantaranya PNPM Mandiri dan Jamkesmas. Pada
prakteknya, program-program ini berjalan sesuai dengan yang ditargetkan
meskipun masih banyak kekurangan disana-sini.
Pada pertengahan bulan Oktober
2006 , Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar
AS. Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF
dalam menentukan kebijakan dalam negeri. Namun wacana untuk berhutang lagi pada
luar negri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi
antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat
dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret
2006.
Hal ini disebabkan karena beberapa
hal, antara lain karena pengucuran kredit perbankan ke sector riil masih sangat
kurang (perbankan lebih suka menyimpan dana di SBI), sehingga kinerja sector
riil kurang dan berimbas pada turunnya investasi. Selain itu, birokrasi
pemerintahan terlalu kental, sehingga menyebabkan kecilnya realisasi belanja
Negara dan daya serap, karena inefisiensi pengelolaan anggaran. Jadi, di satu
sisi pemerintah berupaya mengundang investor dari luar negri, tapi di lain
pihak, kondisi dalam negeri masih kurang kondusif.
Namun, selama masa pemerintahan
SBY, perekonomian Indonesia memang berada pada masa keemasannya. Indikator yang
cukup menyita perhatian adalah inflasi. Sejak tahun 2005-2009, inflasi berhasil
ditekan pada single digit. Dari 17,11% pada tahun 2005 menjadi 6,96% pada tahun
2009. Tagline strategi pembangunan ekonomi SBY yang berbunyi pro-poor, pro-job,
dan pro growth (dan kemudian ditambahkan dengan pro environment) benar-benar
diwujudkan dengan turunnya angka kemiskinan dari 36,1 juta pada tahun 2005,
menjadi 31,02 juta orang pada 2010. Artinya, hampir sebanyak 6 juta orang telah
lepas dari jerat kemiskinan dalam kurun waktu 5 tahun. Ini tentu hanya imbas
dari strategi SBY yang pro growth yang mendorong pertumbuhan PDB.
Imbas dari pertumbuhan PDB yang
berkelanjutan adalah peningkatan konsumsi masyarakat yang memberikan efek pada
peningkatan kapasitas produksi di sector riil yang tentu saja banyak membuka
lapangan kerja baru. Memasuki tahun ke dua masa jabatannya, SBY hadir
dengan terobosan pembangunannya berupa master plan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3 EI). Melalui langkah MP3EI, percepatan
pembangunan ekonomi akan dapat menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada
tahun 2025 dengan pendapatan perkapita antara UsS 14.250-USS 15.500, dengan
nilai total perekonomian (PDB) berkisar antara USS 4,0-4,5 triliun.
B.
Pemerintahan Indonesia Bersatu Jilid
II Pada Era SBY-Boediono
Pada pemerintahan Indonesia Bersatu Jilid II pada era SBY-JK, pemerintah khususnya melalui Bank Indonesia menetapkan empat kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional negara yaitu :
- BI rate
- Nilai tukar
- Operasi moneter
- Kebijakan makroprudensial untuk pengelolaan likuiditas dan makroprudensial lalu lintas modal.
Dengan kebijakan-kebijakan ekonomi
diatas, diharapkan pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara
yang akan berpengaruh pula pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat
Indonesia.
Hampir tujuh tahun sudah ekonomi
Indonesia di tangan kepemimpinan Presiden SBY dan selama itu pula perekonomian
Indonesia boleh dibilang tengah berada pada masa keemasannya. Beberapa pengamat
ekonomi bahkan berpendapat kekuatan ekonomi Indonesia sekarang pantas disejajarkan
dengan 4 raksasa kekuatan baru perekonomian dunia yang terkenal dengan nama
BIRC (Brazil, Rusia, India, dan China).
Krisis global yang terjadi pada
tahun 2008 semakin membuktikan ketangguhan perekonomian Indonesia. Di saat
negara-negara superpower seperti Amerika Serikat dan Jepang berjatuhan,
Indonesia justru mampu mencetak pertumbuhan yang positif sebesar 4,5% pada
tahun 2009.
Gemilangnya fondasi perekonomian
Indonesia direspon dunia internasional dengan menjadikan Indonesia sebagai
salah satu negara pilihan tempat berinvestasi. Dua efeknya yang sangat terasa
adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai rekor tertingginya sepanjang
sejarah dengan berhasil menembus angka 3.800. Bahkan banyak pengamat yang
meramalkan sampai akhir tahun ini IHSG akan mampu menembus level 4000. Indonesia
saat ini menjadi ekonomi nomor 17 terbesar di dunia.
Sistem ekonomi bangsa Indonesia
dibawah pemerintahan SBY-Boediono masih belum terbebas dari hegemoni sistem
kapitalis yang menggrogoti sendi-sendi perekonomian tanah air. Sampai saat ini,
ekonomi kita masih terjajah. Walaupun data statistik dan angka pertumbuhan
perekonomian naik tinggi seperti yang dikatakan oleh SBY. Namun,, upah buruh di
Indonesia adalah upah yang paling rendah diseluruh dunia.
Banyak sekali masalah masalah
penting di jaman pemerintah jilid I dan II yang hilang begitu saja tanpa tau
akhir inti dan akar kemana permasalahan itu berawal . Pemerintaan Indonesia
Jilid I maupun jilid II bagaimanapun kebijakan,menteri dan lain sebagainya kita
sebagai masyarakat hanya mengharapkan pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi negara yang akan berpengaruh pula pada meningkatnya kesejahteraan
masyarakat Indonesia yang saat ini masih tidak ada perkembangannya.
Indonesia
masih memerlukan banyak perbaikan. Namun apa yang telah dicapai selama ini
merupakan hasil dari visi dan perencanaan pemerintahan SBY. Dapat dibayangkan
hal-hal lain yang akan terjadi dalam pemerintahan yang akan berjalan untuk
beberapa tahun ke depan lagi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Indonesia masih memerlukan banyak perbaikan. Namun, apa yang
telah dicapai selama ini merupakan hasil dari visi dan perencanaan pemerintahan
SBY. Dapat dibayangkan hal-hal lain yang akan terjadi dalam pemerintahan yang
akan berjalan untuk beberapa tahun ke depan lagi.
Dari berbagai kasus yang kita
ketahui tentang perekonomian di Indonesia sejak orde lama hingga sekarang,
dapat di simpulkan bahwa keadaan ekonomi negara kita mengalami jatuh bangun.
Negara kita bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang dapat di katakan berhasil
adalah ketika pemerintahan Soeharto pada masa orde lama. Akan tetapi lambat
laun, perekonomian bangsa kita mengalami gejolak, hal ini dapat dilihat dari :
1.
Kemiskinan di negara kita semakin meningkat.
2.
Pengangguran yang semakin meningkat karena lapangan
pekerjaan lebih sedikit di bandingkan dengan angkatan kerja.
3.
Masih ada anak-anak yang tidak bisa merasakan pendidikan.
4.
Semakin meningkatnya para koruptor yang bebas.
5.
Maih memiliki hutang ke luar negeri
Kebijakan kontroversial pertama
Presiden SBY adalah mengurangi subsidi BBM, atau dengan kata lain menaikkan
harga BBM. Kebijakan ini dilatar belakangi oleh naiknya harga minyak dunia.
Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi sektor pendidikan dan kesehatan,
serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan kontroversial pertama itu
menimbulkan kebijakan kontroversial kedua, yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT)
bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan
pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial. Kebijakan yang ditempuh untuk
meningkatkan pendapatan perkapita adalah mengandalkan pembangunan infrastruktur
massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing
dengan janji memperbaiki iklim investasi.
Menurut Keynes, investasi merupakan
faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja. Mungkin ini mendasari kebijakan
pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi kemudahan bagi investor,
terutama investor asing yang salahsatunya adalah revisi undang-undang
ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia, diharapkan
jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah. Pada pertengahan bulan Oktober
2006, Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar
AS. Dengan ini, maka diharapkan Indonesia tak lagi mengikuti agenda-agenda IMF
dalam menentukan kebijakan dalam negri. Namun wacana untuk berhutang lagi pada
luar negri kembali mencuat, setelah keluarnya laporan bahwa kesenjangan ekonomi
antara penduduk kaya dan miskin menajam, dan jumlah penduduk miskin meningkat
dari 35,10 jiwa di bulan Februari 2005 menjadi 39,05 juta jiwa pada bulan Maret
2006. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, antara lain karena birokrasi
pemerintahan terlalu kental, sehingga menyebabkan kecilnya realisasi belanja
negara dan daya serap, karena inefisiensi pengelolaan anggaran.
Jadi, di satu sisi pemerintah
berupaya mengundang investor dari luar negri, tapi di lain pihak kondisi dalam
negeri masih kurang kondusif. Perekonomian Indonesia Pada pemerintahan SBY
perekonomian Indonesia, menurut pengamat ekonomi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) Latief Adam, kinerja pemerintah di bidang ekonomi sepanjang
satu tahun terakhir tidak mengalami kemajuan. Ia menilai pemerintah masih
bangga dengan pencapaian-pencapaian bersifat teori yang ditulis dalam RAPBN
2011. Padahal menurutnya yang terpenting adalah realisasi target pencapaian
yang dapat dilihat dari berkurangnya angka pengangguran dan angka kemiskinan
yang ternyata belum berhasil dilakukan pemerintah hingga sekarang.
Penganguran dan kemiskinan yang dari
dahulu tidak pernah terselesaikan masalahnya, seharusnya pemerintah harus lebih
berkerja keras untuk masalah-masalah rakyat tersebut. Beberapa faktor yang
mempengaruhi penurunan jumlah penduduk miskin antara meningkatnya penerimaan
upah riil harian buruh tani, menurunnya rata-rata harga beras nasional serta
stabilnya inflasi. Penurunan kemiskinan juga dipengaruhi oleh program
pemerintah yaitu penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk keluarga miskin.
Juga adanya program seperti Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
B.
Saran
Sebagai penyusun, kami merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah
ini. Maka dari itu, kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
yang budiman.Sistem ekonomi Indonesia dalam II periode pimpinan SBY